Tabung Anak-Anak

Tabung Anak-Anak

Friday 18 December 2015

Ujian Berupa Rasa Takut, Lapar, Kekurangan Harta dan Jiwa



Alhamdulillah Allah Ta’ala memberikan kepada kita kesempatan untuk bersilaturrahmi, mudah-mudahan Allah Ta’ala meridhai kita. Tak lupa, kita juga harus bersyukur kepada Allah Ta’ala atas limpahan nikmat-Nya yang tiada terkira jumlahnya.
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (إبراهيم: 34)
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (Ibrahim: 34)
Nikmat
Apa itu nikmat? Nikmat secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti segala kebaikan, keenakan, dan semua rasa kebahagiaan. Sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat seperti ilmu dan akhlak mulia. Dalam al-Quran perkataan nikmat digunakan dengan barbagai maksud nikmat di antaranya; nikmat dengan maksud Agama Allah dan Kitabnya (Al Baqarah: 211). Dan nikmat bermaksud kesenangan dan serba mencukupi dalam kehidupan (Al Fajr: 15).
Oleh itu segala perkara yang dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada manusia, itu adalah nikmat. Baik disadari atau tidak disadari, sama saja dalam bentuk yang zhahir seperti pemberian harta kekayaan, kesehatan tubuh, kehidupan yang baik, atau nikmat yang batin seperti hidayah dan petunjuk agama Islam, ketenangan, kebahagian dan lain sebagainya.
Kemudian dalam hidup ini, setelah Allah Ta’ala memberikan pendengaran, penglihatan dan hati. Lalu apa yang mesti kita lakukan? Jawabannya adalah untuk bersyukur dan beribadah hanya kepada Allah Ta’ala semata.
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ )النحل: 78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (An Nahl: 78)
Ujian
Allah Ta’ala juga akan memberikan berbagai macam ujian kepada kita. Berupa rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ {155} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[101]. (Al Baqarah: 155-156)
[101]  artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Sesungguhnya dunia adalah ‘darul-bala’ (tempat ujian). Siapa yang tidak mendapat ujian atau musibah dalam hartanya, akan diuji jasadnya. Siapa yang tidak diuji jasadnya akan diuji anak-anaknya. Maka sudah merupakan sunnatullah bahwa setiap insan pastilah akan mendapatkan ujian dan cobaan baik berupa keburukan atau kebaikan. Allah Ta’ala berfiman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”(Al-Balad: 4).
Abdul Malik bin Abhar berkata, “Tidak ada seorang manusia pun, melainkan akan diuji dengan kesehatan untuk melihat apakah ia mensyukurinya. Atau diuji dengan musibah untuk melihat apakah ia bersabar atasnya”.
Allah telah menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini adalah ujian dan cobaan sebagaimana firmanNya, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al-Mulk: 2)
Setelah yakin bahwa manusia tidak akan terhindar dari ditimpanya cobaan atau ujian, maka kita harus siapkan diri untuk bisa bersikap sabar jika mendapati ujian keburukan. Dan apabila ujian itu berupa kebaikan maka harus senantiasa siap untuk bersyukur.
Sesungguhnya kebenaran iman seseorang tidak akan tampak dengan jelas, kecuali ketika ia tertimpa suatu musibah, maka saat itulah akan terlihat secara jelas perbedaan orang yang sabar dan orang yang murka (terhadap musibah tersebut). Antara orang yang beriman dan orang yang ragu-ragu.
Namun janganlah khawatir dengan berbagai macam ujian tersebut, karena Allah Ta’ala tidaklah memberikan ujian melebihi kesanggupan kita.
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا …… (البقرة: 286)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”….. (Al Baqarah: 286)
Karena ujian dan cobaan ini tidak bisa kita hindari maka yang harus diatur atau diperhatikan adalah bagaimana kondisi kita dalam menerima ujian. Kondisi menerima ujian ada 2 macam, menerima dalam kondisi beriman dan menerima dalam kondisi tidak beriman. Inilah yang membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya. hamba yang menerima dalam kondisi beriman tentu saja melewati ujian dengan baik, memohon bantuan kepada Allah Ta’ala, dan mencari solusi sesuai dengan yang tertulis di Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan hamba yang menerima ujian dalam kondisi tidak beriman menggunakan cara yang salah, tidak berserah diri pada Allah, atau bahkan mencari jalan ke jalan yang salah.
Ujian bukan hanya berupa kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, misal: kemiskinan, sakit, dan lain-lain. Namun kondisi yang menyenangkan juga merupakan sebuah ujian. Misal: harta yang berlimpah, hal ini merupakan ujian, seorang hamba bisa menjalani dengan baik bila mendapatkan harta tersebut dari jalan yang benar dan menggunakan untuk keperluan yang benar, serta tidak lupa membayar kewajiban, zakat. Namun manusia bisa menjalani ujian berupa harta dengan tidak baik, misal digunakan untuk berjudi, atau untuk hal-hal yang tidak baik lainnya.
Lalu, apa saja materi ujian sebagaimana yang tersebut dalam ayat di atas?
Satu, الْخَوفْ (al-khawf, rasa takut atau khawatir). Adanya ujian “ketakutan” atau “kekhawatiran” ini menunjukkan bahwa sifat ini memang bawaan di dalam diri manusia. Kalau tidak, tentu tidak mungkin bisa muncul rasa takut atau khawatir itu. Kalau eksis, lalu apa tujuannya? Sederhana: “Agar manusia tidak kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.” Sehingga rasa takut bisa kita sebut sebagai mekanisme pertahanan diri. Itu sebabnya ketakutan itu berbanding lurus dengan “harga” dari sesuatu itu. Semakin tinggi “harga” atau “nilai” sesuatu semakin besar pula ketakutan kita (kehilangan) padanya. Kita pasti jauh lebih takut kehilangan uang 100 juta daripada 100 perak. Lantas sedemikian berhargakah anjing gila sehingga kita takut padanya? Sejujurnya bukan anjing gila yang kita takuti, tapi betis kita. Alam bawah sadar kita mengatakan bahwa manakala anjing itu menyerang kita, betis kita akan menjadi santapan empuknya; dan karenanya kita lari terbirit-birit menyelamatkan diri. Ketakutan seperti ini positif (karena rasa takut mengenai masa depan anaknyalah yang menyebabkan orang tua berjibaku menyekolahkan anak-anaknnya, misalnya), namun—pada tingkat tertentu—bisa juga melahirkan gejala psikosomatik (ketidakstabilan emosi atau mental yang mengganggu kesehatan fisik) dan phobia.
“Mereka (itu) bakhil kepadamu. Tetapi apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati; dan apabila ketakutan itu telah hilang, mereka (kembali) mencaci-maki kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (Al Ahzab: 19)
Dua, الْجُوعِ (al-jŭ’, rasa lapar). Ini juga aslinya positif. Karena kalau kita tidak memilikinya, bisa dipastikan kematian akan dengan segera menjemput kita. Rasa lapar (jasmani dan ruhani) membuat kita merasakan nikmatnya santapan (jasmani dan ruhani). Tetapi apabila santapan itu tiada, rasa lapar (jasmani dan ruhani) bisa juga membuat seseorang kehilangan kendali akal sehatnya. Yang bersangkutan bisa stress dan depresi berat, bahkan bisa melakukan perbuatan yang paling fatal: membunuh.
Tiga, وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ (wa naqshin minal-amwāli wal-anfusi wats-tsamarāt, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan)—catatan: kehilangan jiwa maksudnya kematian salah seorang yang kita cintai. Kalau lapar masih bersifat pribadi murni, berkaitan dengan perut sendiri, maka harta, jiwa dan buah-buahan sudah berkaitan dengan sesuatu yang di luar sana, yang merambat ke samping ke atas berputar-putar menggapai-gapai menyinggung-nyinggung pihak lain, bahkan alam secara keseluruhan. Sehingga semua itu bisa mengurung kita ke dalam tungku pengap tak berpori. Kalau pertahanan batin tidak cukup kuat, bunuh diri bisa menjadi ending ceritanya. Alasannya? Karena harta, jiwa dan buah-buahan banyak dipersepsi sebagai simbol-simbol kesuksesan dan kemuliaan. Sehingga kehilangan semuanya seakan-akan runtuh pula seluruh lapis langit kemanusiaan kita.
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah bagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (Al Kahfi: 45-46)
Empat, وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (wa basysyiris-shābirĭn, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar). Maksud ayat ini jelas: yang bisa mengemudikan bahtera kehidupannya menyeruak dari ombak ke ombak, menembus gulungan badai, menciptakan harmoni gerak yang indah, bagai peselancar ulung, ialah orang-orang sabar. Sebabnya, karena orang sabar adalah orang yang takutnya bukan lagi pada kehilangan betisnya, bukan kekurangan harta, bukan ditinggal oleh orang-orang yang dicintai, juga bukan takut pada kehabisan bahan pangan dan buah-buahan. Takutnya orang sabar adalah pada kehilangan hal yang paling berharga baginya, yang paling dicintainya: Allah ‘Azza wa Jall. Orang sabar ialah orang yang cita-cita hidupnya menggapai rahmat dan ridha Rabb-nya, bersatu dan menyatu dengan-Nya. Itu sebabnya orang sabar memiliki kekuatan yang luar biasa, yang berlipat kali dibanding dengan orang yang ingkar.
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat kaum mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu orang-orang kafir, disebabkan karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti.” (Al Anfal: 65)
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ هِشَامٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَنْصَارِ إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي وَمَوْعِدُكُمْ الْحَوْضُ
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Ghundar telah bercerita kepada kami Syu’bah dari Hisyam berkata, aku mendengar Anas bin Malik Radhiallahu Anhu berkata; Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada kaum Anshar: “Sepeninggalku nanti, akan kalian jumpai sikap atsarah (sikap egoisme, individualis, orang yang mementingkan dirinya sendiri). Maka bersabarlah kalian hingga kalian berjumpa denganku, dan tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah telaga al-Haudl (di surga)”. (Shahih Bukhari)
Kehidupan ini, bagi manusia, adalah masalah. Karenanya kita hidup di tengah-tengah samudra masalah. Di tengah-tengah masalah itulah letaknya ujian, agar manusia bisa mengukur kadar kemampuan jiwanya. Maka sadarilah bahwa sesungguhnya masalah itu positif bagi perkembangan iman kita. Jangan lari daripadanya, terjanglah dan taklukanlah. Di puncak gunung masalah itulah letaknya maqam (kedudukan) orang-orang sabar.
Hanya dengan sabar semuanya itu akan dapat diatasi. Karena kehidupan itu tidaklah membeku demikian saja. Penderitaan dirasai dengan merata. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri dalam peperangan Uhud kehilangan pamannya yang dicintainya Hamzah bin Abdul Muthalib. Maka apabila mereka sabar menahan derita, selamatlah mereka sampai kelak ke seberang cita-cita. Tidak ada cita-cita yang akan tercapai dengan tidak memberikan pengorbanan. Berilah kebar gembira kepada mereka yang sabar itu.
 اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
“(Yaitu) orang -orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita semua akan kembali.” (Al Baqarah: 156)
Ucapan yang begini mendalam, tidaklah akan keluar dari dalam lubuk hati kalau tidak menempuh latihan. Kabar gembira apakah yang dijanjikan buat mereka?
 أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌ
“Mereka itu, akan dikurniakan atas mereka anugerah-anugerah dari Tuhan mereka, dan rahmat”.
Inilah kabar gembira untuk mereka. Pertama mereka akan diberi karunia anugerah: dalam bahasa aslinya shalawat, dari kata shalat. Kalau kita mengucapkan shalawat kepada Rasul, artinya ialah memohon kepada Allah agar Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam diberi karunia dan kemuliaan. Tetapi kalau Allah yang memberikan shalawat-Nya kepada kita, artinya ialah anugerah perlindungan­Nya dan juga Rahmat-Nya, yaitu kasih-sayang.
 وأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
“Dan mereka itulah orang-orang yang akan mendapat petunjuk”.
Dengan ini diberikan ketegasan kepada kita, apakah keuntungan yang akan kita dapat kalau kita tahan menderita dan sanggup mengatasi penderitaan itu, atau lulus dari dalamnya dengan selamat? Pertama Tuhan memberikan Shalawat-Nya kepada kita, artinya bahwa kita dipelihara dan dijamin. Kedua. kita diberi limpahan Rahmat, yaitu kasih-sayang yang tidak putus-putus. Tidak cukup hanya diberi Shalawat dan Rahmat, bahkan dijanjikan lagi dengan yang lebih mulia, yaitu diberi petunjuk di dalam menempuh jalan bahagia ini, sehingga sampai dengan selamat kepada yang dituju.
Ini telah terjadi pada kehidupan para Nabi, setiap mereka lepas dari satu ujian, mereka naik guna mencapai anugerah yang baru. Demikian juga kehidupan ulama-ulama yang menerima warisan para nabi.
Lalu Kemana Kita Setelah Mati?
Yang menjadi pertanyaan, apa yang terjadi dan kemana perjalanan kita setelah meninggalkan dunia yang fana ini? jawabnya adalah alam barzakh.
Barzakh  برْزَخٌ dapat berarti dinding pemisah / antara kedua tempat برْزَخٌ : حاجبٌ Yaitu pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 19-21)
Kemudian kita juga simak QS Al Mukminun ayat 99-100
“Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)[1021]. Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan[1022]”. (Al Mukminun: 99-100)
[1021] Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman. [1022] Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, Yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.
Hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Dari al Bara’ bin azib yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Kami keluar bersama Nabi Sallahu Alaihi Wasalam, menggiring jenazah seorang laki laki dari golongan Anshar, sehingga kami sampai pekuburan. Ketika sedang di kubur, Rasulullah Shallallahu Alahi Wasalam duduk menghadap ke Kiblat, dan kamipun duduk disekelilingnya, seakan akan diatas kami ada burung. Sementara di tangan beliau ada dahan yang dicocokkan ke tanah (menampakkan wajah berpikir mendalam), lalu beliau memandang ke langit, dan memandang ke bumi. Lalu beliau bersabda,” mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur” sampai dua tiga kali. Lalu beliau menerangkan,”….
Sesungguhnya seorang hamba Mukmin, bila meninggalkan dunia (akan wafat) dan menghadapi akhirat. Turunlah kepadanya Malaikat dari langit. Dengan wajah yang cerah laksana matahari, dengan mereka kain kafan, diambil dari kain kafan surga, wangi wangian dari surga, mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut berkata, ”kesejahteraan / kedamaian bagimu”sampai malaikat duduk di atas kepalanya.
Lalu malaikat berkata, ”wahai jiwa yang baik, keluarlah kamu menuju maghfirah (ampunan) dari Allah dan keridhaanNya (cintaNya).
Rasulullah bersabda, ”maka keluarlah jiwa itu (ruh itu), seperti mengalirnya air dalam siqa’ (tempat air), lalu malaikat mengambilnya. Dan tidak ada sekejap matapun di tangan malaikat itu kecuali meletakkannya dalam kafan serta ramuan wewangian. Yang mana keluar darinya bau yang sangat harum sekali seperti Misk (kasturi) yang terdapat dibelahan bumi.
Lalu Nabi bersabda, ”malaikat malaikat itu naik ke atas bersamanya (membawanya). Setiap kali melintas kelompok malaikat, pasti mereka bertanya,” apakah gerangan Jiwa yang baik (sangat harum) ini ?”.
Mereka menjawab, ”fulan bin fulan (identitas mayit) dengan nama yang paling indah, yang mana memiliki nama lebih baik nama-namanya yang ia dinamainya selama di dunia.
Sehingga pada akhirnya  mereka sampai langit dunia, meminta untuk dibukakan pintu untuknya (mayit), maka terbukalah pintu langit untuk mereka. Selanjutnya mereka mengiring lagi, disetiap lapisan langit sampai langit berikutnya diiringi para malaikat. Pada akhirnya sampailah ke langit tujuh.
Maka Allah Azza Wajalla berfirman, ”tulislah kitab hambaKu ini dalam illiyyin. Lalu kembalikanlah ia ke bumi. Sesungguhnya Aku menciptkannya (manusia) dari (bumi /tanah) dalam dikembalikan ke dalamnya (kubur) dan Aku mengeluarkannya (membangkitkan kembali) lagi  darinya”.
Kemudian Nabi berkata, ”maka dikembalikanlah ruhnya kedalam jasadnya, lalu didatangilah oleh dua malaikat, kemudian di duduki (dibangunkan untuk duduk). Kedua malaikat itu berkata,”siapakah Tuhanmu ? Ia menjawab, ”Allah Tuhanku”.
Lihat QS. Ibrahim ayat 27. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Keduanya bertanya lagi, ”apakah agamamu?”, ia menjawab,” agamaku Islam”. Mereka bertanya, ”siapakah laki-laki yang diutus kepadamu?”. Ia menjawab, ”Rasulullah”. Ditanya lagi, ”apakah ilmumu?”. Ia menjawab, ”Ku baca Alquran  lalu, kuyakini dan kubenarkan (amalkan). Maka terdengar panggilan dari langit (Allah); benar yang diucapkan hambaKu, maka berikanlah kepadanya kenikmatan pelaminan dari surga, dan berilah pakaian dari surga, bukalah baginya pintu menuju surga.
Nabi bersabda, ”maka datanglah kepadanya malaikat dengan kesenangan dan kenikmatan lalu melapangkan kuburnya sepanjang mata memandang”.
Nabi bersabda, ”datang kepadanya seseorang yang sangat menawan wajahnya, pakaian yang sangat indah, serta bau yang sangat harum dan berkatalah kepadany,” berbahagialah kamu, dengan segala kenikmatan untukmu. Inilah hari yang telah dijanjikan untukmu.
Iapun bertanya, ”siapakah sesungguhnya kamu? wajahmu yang membawa wajah segala kebaikan?”. ia menjawab, ”aku adalah amal sholehmu”. Lalu ia berkata, ”Ya Tuhanku, percepatlah kiamat, sehingga aku kembali kepada keluargaku dan hartaku”.
Kitab Illiyin
“Sekali-kali tidak, Sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin. [1564] ayat 19. Tahukah kamu Apakah ‘Illiyyin itu? Yaitu kitab yang bertulis. Yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah). Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang sedbesar (syurga)”. (Al Muthaffifin: 18-22)
[1564] ‘Illiyyin: nama kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang berbakti.
Yang Dimurkai Allah Ta’ala
Sesungguhnya seorang hamba Kafir, bila meninggalkan dunia (akan wafat) dan menghadapi akhirat. Turunlah kepadanya Malaikat dari langit. Dengan wajah mengerikan yang hitam kelam  dengan mereka alat pintalan kasar dari neraka, mereka duduk di atas kepalanya sejauh mata memandang  .
Lalu malaikat berkata, ”wahai jiwa yang kotor, keluarlah kamu menuju kemurkaan dan kemarahan Allah.
Nabi bersabda, ”maka diceraiberaikanlah jiwanya dalam tubuhnya  dan mencabutnya seperti mencabut seperti mencabut rembesan air yang banyak dari buluh domba yang  basah, lalu ditariknyalah kemudian malaikat mengambilnya dengan keras sampai terputuslah urat-urat dan syarafnya. Dan tidak ada sekejap matapun di tangan malaikat itu kecuali meletakkannya dalam pintalan kasar, yang mana keluar darinya bau yang sangat busuk sekali dari bangkai yang paling busuk dibelahan bumi.
Lalu Nabi bersabda, ”malaikat-malaikat itu naik ke atas bersamanya (membawanya). Setiap kali melintas kelompok malaikat, pasti mereka bertanya, ”apakah gerangan Jiwa yang kotor ini?”. Mereka menjawab, ”fulan bin fulan (identitas mayit) dengan nama yang sangat jelek, yang mana memiliki nama lebih jelek nama-namanya yang ia dinamainya selama di dunia.
Sehingga pada akhirnya  mereka sampai langit dunia, meminta untuk dibukakan pintu untuk nya (mayit), maka tidak terbuka pintu langit untuknya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam membacakan, ” (surat al araf 40) “sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Maka Allah Azza Wajalla berfirman, ”tulislah kitab hambaKu ini dalam sijjin di kerak bumi yang terbawah, lemparlah sekeras kerasnya.
Kemudian Nabi membacakan, (surat al haj 31) “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. Kemudian Nabi bersabda, ”maka dikembalikanlah ruhnya kedalam jasadnya, lalu didatangilah oleh dua malaikat, kemudian di duduki (dibangunkan untuk duduk). Kedua malaikat itu berkata, ”siapakah Tuhanmu ?. ia menjawab,” ha?, ha? aku tidak tahu”. Keduanya bertanya lagi, ”apakah agamamu?”, ia menjawab,” ha? , ha? aku tidak tahu”. Mereka bertanya,”siapakah laki-laki yang diutus kepadamu?”. Ia menjawab,” ha? , ha? aku tidak tahu”. Maka terdengar panggilan dari langit (Allah); ia telah mendustakan (kebenaran), maka berikanlah kepadanya siksaan pelaminan dari neraka,  bukalah baginya pintu menuju neraka. Nabi bersabda, ”maka datanglah kepadanya malaikat dengan siksaan panas, dan racun racun neraka”. Kuburnya disempitkan sehingga tulang tulang rusuknya bercampur baur”.
Datanglah kepadanya orang yang sangat jelek wajahnya, pakaian yang sangat jelek, bau yang sangat busuk. Lalu orang itu berkata, kuberitahukan kepadamu ”bagimu azab yang engkau akan rasakan. Inilah hari yang engkau sudah dijanjikan. Lalu ia bertanya,”siapakah engkau ini? yang berwajah jelek dan membawa kesengsaraan”. Ia menjawab, ”aku adalah amalan kamu yang jelek. Ia berkata,” ya Tuhanku janganlah datang hari Kiamat. Dalam riwayat lain; Dalam kubur; dikirimlah  seorang yang buta, tuli dan bisu, ditangannya pemukul yang sangat keras dari besi jika dipukulkan ke gunung maka akan hancur menjadi debu. Lalu dipukulkanlah kepadanya sampai terdengar antara Timur dan Barat kecuali dua (jin dan manusia) sampai menjadi tanah, lalu dikembalikan (dihidupkan lagi) ruhnya.
Kitab Sijjin
“Sekali-kali jangan curang, karena Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin(1562). Tahukah kamu Apakah sijjin itu? Ialah kitab yang bertulis. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Yaitu orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan Setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa”. (Al Muthoffifiin: 7-12)
[1562]  Sijjin: nama Kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang durhaka.
Wallahu Ta’ala A’lam

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...